Kamis, 07 Juli 2011

Disfungsi Ereksi

 Disfungsi Ereksi atau erectile dysfunction adalah disfungsi sexual (sexual dysfunction) yang ditandai dengan
ketidak mampuan atau mempertahankan ereksi pada pria untuk mencapai kebutuhan seksual dirinya sendiri
maupun pasangannya.
Pada umumnya  yang dimaksud “kemampuan”, meliputi: lamanya waktu yang diperlukan untuk bisa ereksi, lebih banyaknya stimulasi
(rangsangan) langsung untuk ereksi, kurang mantapnya (kurang keras) ereksi, kurang bisa mencapai puncak
orgasme, sedikitnya jumlah ejakulasi, lebih lamanya waktu tenggat antar ereksi (waktu yang diperlukan dari
ereksi pertama ke ereksi berikutnya lebih lama).
Seperti guyonan lama: bayangan hidup, pandangan hidup, pegangan hidup, kenangan hidup, harapan hidup.


G e j a l a

Dalam keadaan normal, ereksi biasanya terjadi saat tidur
malam atau bangun pagi.
Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
 Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu
   mempertahankan ereksi secara berulang ( paling tidak
   selama 3 bulan )
Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
Mampu ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak
disebutkan lamanya )
Diakui ataupun tidak, disfungsi ereksi membuat lelaki seperti
tak berdaya. Bisik-bisik antar pria seputar “rudal”, tak pelak menjadi bahan pembicaraan menarik dimanapun,
dikantor, di kafe, di dunia maya, dimana-mana. Mitospun berhamburan sebagai bumbu penyedap kala
berbicara “kegagahan” sang rudal.

 P e n y e b a b

Penyebab organik (kelainan organ), yakni:
1. Berkurangnya aliran darah ke penis, misalnya: penyakit vaskuler, gangguan hormonal, pasca operasi
prostat, dan lain-lain.
2. Kerusakan saraf yang disebabkan penyakit lain, misalnya: diabetes
Faktor psikologis, antara lain: stress, kecemasan, depresi, rasa letih, perselisihan, sakit hati, rasa bersalah,
paranoid dan sejenisnya.
Selain itu, disfungsi ereksi berhubungan dengan beberapa faktor resiko diantaranya: hipertensi, diabetes, usia
di atas 40 tahun, penyakit kardiovaskuler, kerusakan saraf tulang belakang (spinal cord), merokok, rendahnya
kadar testosteron, penyakit pada penis (contoh: cedera penis), obat-obatan tertentu, alkohol, radiotherapy dan
lain-lain.
Schrader S, dkk (2002) menyebutkan adanya hubungan bersepeda dengan Disfungsi Ereksi karena tekanan
sadel sepeda pada penis.

Proses Ereksi dan Perjalanan Penyakit

Ereksi terjadi melalui 2 mekanisme.
Pertama, adalah refleks ereksi oleh sentuhan pada penis (ujung, batang dan sekitarnya).
Kedua, ereksi psikogenik karena rangsangan erotis.
Keduanya menstimulir sekresi nitric oxide yang memicu relaksasi otot polos batang
penis (corpora cavernosa), sehingga aliran darah ke area tersebut meningkat dan
terjadilah ereksi. Disamping itu, produksi testosteron (dari testis) yang memadai
dan fungsi hipofise (pituitary gland) yang bagus, diperlukan untuk proses ereksi.
Karenanya dapat dimengerti bahwa disfungsi ereksi berhubungan erat dengan faktor:
hormonal, sistem saraf, aliran darah dan psikologis.
Gangguan pada salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsiereksi.

Diagnosa

Tidak ada (belum) cara khusus untuk menegakkan diagnosa disfungsi ereksi.
Pemeriksaan darah lebih diarahkan untuk mengetahui penyakit lain yang
diduga berhubungan dengan disfungsi ereksi, misalnya: diabetes,
hypogonadism (kelainan pada kelenjar gonad), dan lain-lain.
Kondisi lain yang berhubungan dengan disfungsi ereksi, antara lain: kondisi
kesehatan yang buruk, kurang gizi, obesitas (terlalu gemuk), penyakit
kardiovasukler.
Wawancara   mendalam dan pengakuan jujur penderita sangat
membantu menegakkan diagnosa disfungsi ereksi sekaligus
menentukan langkah-langkah penatalaksanaannya.
Pemeriksaan fisik  , terutama organ reproduksi pria dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
kelainan organik.
Pemeriksaan penunjang  : lihat pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan yang lazim digunakan untuk menunjang diagnosa disfungsi ereksi, antara lain:
Duplex ultrasound
Penile nerves function
Nocturnal penile tumescence (NPT)
Dynamic Infusion Cavernosometry (DICC)
Corpus Cavernosometry
Digital Subtration Angiography (DSA)
Magnetic resonance angiography (MRA)

Pengobatan

Jenis dan cara pengobatan bergantung kepada penyebab primernya. Selain itu ditujukan pula untuk memperbaiki fungsiereksi. Tak jarang kasus disfungsi ereksi tidak memerlukan obat, terutama Disfungsi ereksi karena faktor psikologis. Hal ini dibuktikan dengan pemberian plasebo (bukan obat sebenarnya) yang ternyata memberikan hasil baik pada beberapa
kasus disfungsi ereksi psikologis. Selain itu, peran pasangan sangat penting untuk membantu pemulihan disfungsi ereksi.
Obat-obat yang sering dipakai untuk terapi disfungsi ereksi, antara lain:

Phosphodiesterase inhibitor (PDE), misalnya: sildenafil. Obat ini tidak boleh digunakan lebih satu kali
dalam sehari. Obat pilihan pertama tanpa memandang penyebabnya, karena efektif bagi sebagian
besar penderita disfungsi ereksi. Obat PDE lain seperti Tadalafil , Verdenafil
Alprostadil dan phentolamine diberikan secara injeksi ke batang penis. Ada juga jenis prostaglandin
suppositoria lubang kencing (uretra), cara ini tidak nyaman karena menimbulkan rasa nyeri.
Vacuum constriction. (yang ini rumit deh)
Pembedahan, dilakukan untuk memperbaiki pembuluh darah penis (revaskularisasi).
Penis tiruan (protesis penis), merupakan pilihan terakhir jika semua upaya tidak memberikan hasil yang
memadai. Dan lain-lain
Obat-obat di atas digunakan hanya atas petunjuk dokter, mengingat efek samping yang tidak diinginkan.

A n j u r a n

Hindari obat-obat dan gaya hidup pencetus disfungsi ereksi, misalnya minuman alkohol berlebihan dan
sejenisnya
Rileks. Di beberapa pusat kebugaran menyediakan metode relaksasi.
Olahraga teratur sesuai kemampuan dan cukup istirahat
Dukungan dan toleransi pasangan diperlukan untuk pemulihan
disfungsi ereksi
Komunikasi penuh kasih dengan pasangan
Konsultasi kepada psikolog jika penyebabnya faktor psikologis
Konsultasi kepada dokter khususnya dokter ahli andrologi (jika ada)
Adakalanya sang pangeran kecil  malas berdiri, tidak serta merta disfungsi
ereksi. Jika hanya insidental, tak usah terlalu risau. Seperti halnya koneksi
internet, kadang si kecil mode lemot.

Obat-obat pencetus

Obat-obat yang berhubungan dengan disfungsi ereksi, antara lain:
Obat yang menimbulkan kecanduan, misalnya: heroin, metadon, alkohol
Antihipertensi, misalnya: metildopa, tiazid, spironolakton, klonidin, beta-bloker.
Ketokonazol, penghambat reseptor H-2, antikolinergik
Antidepresan (trisiklik), antipsikotik




0 komentar:

Posting Komentar